Penghargaanitu diberikan karena Bima dianggap berhasil menciptakan ketahanan pangan mandiri pada masa pandemi Covid-19 lewat gerakan urban farming "Bogor Berkebun". MUFPP adalah sebuah lembaga internasional yang concern terhadap isu-isu pangan. Saat ini lembaga tersebut tengah mengundang sejumlah kepala daerah untuk menghadiri Forum Urban 20
gpVczeM. ArticlePDF Available Abstract and FiguresAbstrakPenelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang keberhasilan pembelajaran eksplorasi gerak tari melalui metode stimulus respon. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1. Yang menjadi dasar penggunaan metode ini adalah pertimbangan akan mampu meningkatkan kompetensi siswa dari hanya mengidentifikasi gerak tari menjadi memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi gerakan tari melalui metode stimulus respon. Dengan menggunakan metode stimulus respon ini siswa dilatih menggunakan kemampuan kreatif dan inovatif yang ada dalam dirinya agar mampu mencapai tingkat produktif berupa melakukan eksplorasi dan menghasilkan gerakan tari. Tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil Observasi dan Refleksi pada siklus 1 mengindikasikan bahwa dua kelompok dari empat kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi dan membandingkan gerak tari, sedangkan dua kelompok lainnya baru mampu mengidentifikasi gerak tari. Pada siklus II, hasil Observasi dan Refleksi menunjukkan terjadi peningkatan dalam penguasaan mempraktikkan dan menghasilkan gerak tari. Semua kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi, membandingkan, mempraktikkan dan mengeksplor gerak tari Bahkan ada satu kelompok telah mampu menghasilkan gerak tari. Direkomendasikan dilakukan remedial untuk kelompok yang belum mampu menguasai kompetensi eksplorasi gerak tari. AbstractThis Classroom Action Research aims to improve the understanding of students' concepts about the success of dance movement learning through the stimulus response method. The object of this study is class XI IPS 1. The basis of the use of this method is the consideration that it will be able to improve student competencies from only identifying dance movements to having the ability to explore dance movements through the stimulus response method. By using this stimulus response method students are trained to use creative and innovative abilities that are within themselves to be able to achieve productive levels in the form of exploring and producing dance movements. The action is carried out in two cycles, each of which consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Observation and Reflection Results in cycle 1 indicate that two groups of four groups of students have been able to identify and compare dance movements, while the other two groups have only been able to identify dance movements. In the second cycle, the results of observation and reflection showed an increase in mastery in practicing and producing dance moves. All groups of students have been able to identify, compare, practice and explore dance moves. Even one group has been able to produce dance moves. Remedials are recommended for groups that have not been able to master dance movement exploration competencies. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan 17 02 2019 158-166 edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi Gerak TariBagi Siswa Melalui Metode Stimulus Respon Henny Kusumawardhani SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat hennykusumawardhani02 This Classroom Action Research aims to improve the understanding of students' concepts about the success of dance movement learning through the stimulus response method. The object of this study is class XI IPS 1. The basis of the use of this method is the consideration that it will be able to improve student competencies from only identifying dance movements to having the ability to explore dance movements through the stimulus response method. By using this stimulus response method students are trained to use creative and innovative abilities that are within themselves to be able to achieve productive levels in the form of exploring and producing dance movements. The action is carried out in two cycles, each of which consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Observation and Reflection Results in cycle 1 indicate that two groups of four groups of students have been able to identify and compare dance movements, while the other two groups have only been able to identify dance movements. In the second cycle, the results of observation and reflection showed an increase in mastery in practicing and producing dance moves. All groups of students have been able to identify, compare, practice and explore dance moves. Even one group has been able to produce dance moves. Remedials are recommended for groups that have not been able to master dance movement exploration competencies. Keywords Dance Movement Exploration, Stimulus Response Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang keberhasilan pembelajaran eksplorasi gerak tari melalui metode stimulus respon. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1. Yang menjadi dasar penggunaan metode ini adalah pertimbangan akan mampu meningkatkan kompetensi siswa dari hanya mengidentifikasi gerak tari menjadi memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi gerakan tari melalui metode stimulus respon. Dengan menggunakan metode stimulus respon ini siswa dilatih menggunakan kemampuan kreatif dan inovatif yang ada dalam dirinya agar mampu mencapai tingkat produktif berupa melakukan eksplorasi dan menghasilkan gerakan tari. Tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil Observasi dan Refleksi pada siklus 1 mengindikasikan bahwa dua kelompok dari empat kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi dan membandingkan gerak tari, sedangkan dua kelompok lainnya baru mampu mengidentifikasi gerak tari. Pada siklus II, hasil Observasi dan Refleksi menunjukkan terjadi peningkatan dalam penguasaan mempraktikkan dan menghasilkan gerak tari. Semua kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi, membandingkan, mempraktikkan dan mengeksplor gerak tari Bahkan ada satu kelompok telah mampu menghasilkan gerak tari. Direkomendasikan dilakukan remedial untuk kelompok yang belum mampu menguasai kompetensi eksplorasi gerak tari. Kata Kunci Eksplorasi Gerak Tari, Stimulus Respon Naskah Diterima Naskah Direvisi 2019-07-30 Naskah Disetujui 2019-10-07 Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 A. PENDAHULUAN Undang-undang 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian dalam undang-undang tersebut bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran Hendrilianti, 2015. Eksploratif lebih di tekankan kepada pendekatan pengajaran yang di lakukan oleh pengajar kepada peserta didik di dalam pembelajaran materi ajar Sudiasa, 2017. Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional, yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar dengan perilaku tertentu dan dalam kondisi tertentu. Tari merupakan karya seni yang dimunculkan melalui keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang berirama dan berjiwa harmonis Destrinelli, 2017. Keterampilan gerak dasar tari merupakan proses belajar anak agar bisa konsentrasi, aktif, ekspresif dan kreatif melalui gerakan-gerakan secara simbolik. Pendidikan seni tari yang termasuk didalamnya gerak dan lagu diberikan kepada anak usia dini agar mempunyai kemampuan dasar yang mencakup persepsi, pengetahuan, apresiasi dan pemahaman. Kemampuan dasar tersebut, diharapkan dapat memberikan kemampuan mengekspresikan diri untuk menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan,dengan memadukan unsur logika,etika dan estetika. Selain hal tersebut pembelajaran seni tari juga ditujukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup rukun dengan sesama Hartono, 2012. Tari pada anak usia dini disesuaikan dengan kemampuan gerak yang dapat dilakukan sesuai dengan fase perkembangan kinestetiknya psikomotornya. Standar kompetensi lulusan pembelajaran seni tari sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di SMA adalah 1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam gerak tari daerah dan wajib dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat. 2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan berbagai jenis etnis dan gabungan berbagai musik sebagai iringan, daerah, dan nusantara. 3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan gerak tari nusantara, daerah,dan nusantara dengan memainkan alat musik sederhana daerah setempat Yustisia 2007, hlm. 95-96. Menurut Anoraga 2000 menerangkan bahwa kemauan aktivitas dalam segala hal karena ada dorongan dalam pribadi seseorang itu sendiri sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi sehingga motivasi siswa harus berorientasi kepada kemauan siswa itu sendiri dalam menghadapi masalah dirinya dalam proses belajar mengajar di kelas. Biggs dan Tefler dalam Dimyati 2006 mengungkapkan motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiada nya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar Hamdu dan Agustina, 2011. Pelaksanaan pembelajaran seni lebih khusus seni tari, di SMA pada umumnya masih menggunakan pendekatan subject-centered curriculum. Kompetensi seni tari yang akan dicapai belum jelas. Pembelajaran tentang eksplorasi gerak tari dalam Seni Budaya sering Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 160 DOI 2579-7700 1693-5276 diberikan tetapi masih sebagian siswa belum banyak memahaminya. Permasalahan belajar bagi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat tampak saat pelajaran Seni Budaya diberikan, terutama tentang materi pembelajaran eksplorasi gerak tari. Tentu diperlukan sebuah kiat solusi agar permasalahan tersebut bisa teratasi dengan segera. Padahal pelajaran ini tidak sesulit yang dibayangkan namun kenyataannya masih ada yang sukar memahaminya. Disini guru berupaya untuk mencari jalan keluar agar permasalahan segera diatasi, dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK berharap masalah pembelajaran eksplorasi gerak tari tuntas tepat pada waktunya. Oleh karena itu peneliti berharap dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK di kelas XI IPS 1 ini agar masalah belajar tersebut di atas terselesaikan. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Seni Tari Menurut Tim Abdi Guru 2007, hlm. 105 mengemukakan bahwa“seni tari gerak terangkai yang berirama sebagai ekspresi jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan wiraga/tubuh, wirama/iranma, wirasa/penghayatan, dan wirupa/wujud. Tari dapat berfungsi sebagai sarana keagamaan, Sarana Pergaulandan Tontonan. Jenis-jenis tarian yang ada di Nusantara yaitu dibagi atas Tari Tradisional, Tari Kreasi Baru dan Tari Kontemporer. Pendidikan seni bertujuan 1 memperoleh pengalaman seni berupa pengalaman apresiasi seni dan pengalaman ekspresi seni, 2 memperoleh pengetahuan seni, misalnya teori seni, sejarah seni, kritik seni dan lain-lain Kusumastuti, 2014. Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah karena pendidikan seni memilik isifat multilingual, multidimensional, dan multikultural Syakhruni, 2018. Paulette Cote 2006 menyatakan bahwa isi pendidikan tari harus diajarkan dan dipelajari melalui 3 komponen esensial, yaitu meliputi a. Membuat Tarian. Komponen ini terdiri dari mempelajari proses komplek tentang mengkreasi rangkaian tari. b. Menampilkan tarian. Komponen ini menekankan pada pengembangan, kehalusan perasaan, dan penguasaan. c. Mengapresiasi. Komponen ke-3 ini, diusulkan oleh Redfern, sebagai sesuatu yang paling menguntungkan pendidikan. 2. Metode Stimulus Respon Metode Stimulus Respon merupakan pembelajaran yang menginteraksikan antara stimulus dan respon. Stimulus adalah merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang bisa diungkap melalui alat indra. Stimulus atau perangsang adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam. Respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar yang berupa gerakan, tindakan dan lain-lain. a. Prinsip metode stimulus respon Apabila stimulus memberikan akibat yang positif atau memberi reward maka respon terhadap stimulus tersebut akan diulangi pada kesempatan lain dimana stimulus yang sama timbul. Respons siswa adalah bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan atau stimulus dari guru. Sebaliknya apabila respon memberikan akibat yang negatif, hubungan dengan stimulus respon tersebut akan dihindari pada kesempatan lain. b. Unsur-unsur metode stimulus respon 1 Saling berasosiasi kemungkinan masalah bisa diselesaikan dalam proses pembelajaran. 2 Membentuk satu ikatan sehingga menggambarkan suatu kemampuan. 3 Dibimbing, dibina dan dilatih secara kontinu dan secara efektif. c. Aturan metode stimulus respon 1 Perhatikan situasi siswa 2 Perhatikan respon yang diharapkan dari situasi tersebut 3 Ciptakan dengan sengaja antara stimulus dan respon bukan dipola dengan sendirinya. Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 4 Lihatlah situasi dan kondisi yang kondusif. 5 Buat hubungan yang baik antar siswa sehingga menghasilkan perbuatan nyata. 6 Arahkan kepada kehidupan sehari-hari. d. Fungsi stimulus respons 1 Pembangkitan Stimulus yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan yang disajikan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya. 2 Disteriminasi Stimulus yang tidak langsung menimbulkan respons. Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat belum ada respons tetapi setelah melihat penjual baru meresponnya. 3 Reinforcement Stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons. Misalnya A. Positif Seorang anak yang menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia cenderung untuk mengulangi lagi. B. Negatif Seorang anak yang gemuk dan selalu diejek oleh temannya, manakala ia berprestasi menjadi juara kelas tidak lagi diejek. Maka ia akan mengulangi lagi meningkatkan terus prestasinya. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Januari 2018 dan Siklus II pada tanggal 5 Pebruari 2018 dan yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK yang mengacu kepada Model PTK Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat kegiatan pokok, perencanaan planning, pelaksanaan action, pengamatan observation dan refleksi reflection. a. Rencana Planing Merupakan upaya mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya cukup fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat diduga dan kendala yang belumkelihatan. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awalyang reflektif. b. Tindakan Acting Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar danterkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. c. Observasi Observing Observasi memilki fungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. d. Refleksi Reflection Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Data Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, soal tes 1 dan dan tes 2 serta media pembelajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus I dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan Januari 2018 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat dengan jumlah siswa 41 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Pengamatan observasi dilaksanakan bersamaan Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 162 DOI 2579-7700 1693-5276 75,49 81,54 65,85 0102030405060708090100Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pencapaian KKMdengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi tes 1 dan tes 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang sudah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes 1 dan tes 2. c. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu per pertemuan sebanyak 2 jam pelajaran 2 x 45 menit. Penjabaran hasil tindakan Siklus I pertemuan pertama dan kedua secara lengkap dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian memperlihatkan bahwa tingkatan pencapaian hasil belajar selama diadakan pembelajaran dengan metode stimulus respon melalui soal jawaban Siklus I belum menunjukkan hasil yang maksimal. Data secara parsial memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar data pertemuan pertama sampai kedua sebesar 6,05 poin dari nilai terendah kelas 75,49 menjadi 81,54. Namun setelah dianalisa secara kumulatif nilai rerata Siklus I dari pertemuan pertama dan kedua yakni nilai tertinggi 85, nilai terendah 70, nilai rerata kelas sebesar 78,51 dan pencapaian KKM 75 sebanyak 27 orang 65,85 % dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 41 orang. Walau demikian secara kumulatif hasil belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian tetapi setidaknya metode stimulus respon melalui soal jawaban memiliki pengaruh yang baik pada hasil belajar siswa dilihat secara perorangan. Singkatnya hasil belajar Siklus 1 belum sesuai dengan indikator penelitian sebesar 85 %. Siswa mencapai KKM sebesar 75 yakni hanya mencapai 65,85% sebagaimana tersaji dalam Diagram berikut ini Gambar 1 Pencapaian Indikator Penelitian Siklus I Belum tercapainya indikator keberhasilan pembelajaran tentunya terkait dengan beberapa kelemahan yang ada selama kegiatan pembelajaran Siklus I pertemuan pertama dan kedua berlangsung. Temuan lain dalam Siklus I Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 sebagaimana diungkapkan oleh observer yakni a. Kondisi siswa yang tidak konsentrasi dan selalu mengganggu temannya. b. Siswa masih terlihat belum memahami dengan tuntas pembelajaran eksplorasi gerak tari dengan menggunakan metode stimulus respon. Dari uraian tersebut di atas, masih belum optimal pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pembelajaran dengan metode stimulus respon pada Siklus II. Peneliti dalam hal ini memberikan refleksi atas kelemahan yang dimiliki selama kegiatan pembelajaran Siklus 1 guna diterapkan selanjutnya seperti diuraikan berikut ini. a. Peneliti berupaya 1 memberi motivasi baik secara verbal maupun non verbal bagi siswa yang belum memahami materi, 2 mengadakan pengawasan agar siswa fokus dengan tugas dalam kelompok yang sedang dibahas. b. Meningkatkan pemahaman yang sangat baik tentang Seni Budaya, peneliti terus memberikan motivasi agar siswa serius dalam meningkatkan melaksanakan tugas dalam kelompok dengan pembelajaran eksplorasi gerak tari. 2. Analisis Data Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 2, soal tes 3 dan soal tes 4 serta media pembelajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus II dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan Januari 2018 di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat dengan jumlah siswa 41 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi tes 3 dan tes 4 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang sudah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes 3 dan tes 4. c. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II Siklus II dilaksanakan selama 2 pertemuan dengan alokasi waktu per pertemuan sebanyak 2 jam pelajaran 2 x 45 menit . Gambaran hasil tindakan Siklus II yang terdiri dari pertemuan ketiga dan keempat dapat dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian dapat dipaparkan bahwa tingkat pencapaian hasil belajar selama pembelajaran dengan menggunakan metode stimulus respon Siklus II tergolong sangat baik, memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar dari pertemuan ketiga dan keempat sebesar 7,80 poin dari nilai rerata kelas 86,22 menjadi 94,02. Sementara hasil analisa secara kumulatif nilai rerata Siklus II dari pertemuan ketiga dan keempat yakni nilai tertinggi 95 nilai terendah 85, nilai rerata kelas sebesar 90,12 dan pencapaian KKM 75 sebanyak 41 orang 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 41 orang. Data ini memperlihatkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai mastery learning dan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penjelasan di atas tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar Siklus II mencapai 100% atau dapat dikatakan bahwa indikator penelitian sebesar 85% siswa memperoleh KKM sebesar 75 tercapai sebagaimana tersaji dalam Diagram C 2 sebagai berikut. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 164 DOI 2579-7700 1693-5276 86,22 94,02 100 0102030405060708090100Pertemuan 3 Pertemuan 4 Pencapaian KKMGambar 2 Pencapaian Indikator Penelitian Siklus II Tercapainya indikator keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran Siklus II. Adapun dua refleksi yang diambil dari akhir pembelajaran Siklus I dan selanjutnya pada Siklus II guna memperbaiki kegiatan pembelajaran adalah 1 Guru mengklasifikasikan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat berdasarkan tingkat intelegensi yang selanjutnya diterapkan dalam pembelajaran yakni setiap anggota kelompok terdiri dari 65,85 % siswa dengan predikat di atas rata-rata dan sisanya 34,15 % berada di bawah rata-rata. 2 Peneliti menambah pembelajaran Seni Budaya melalui tugas kelompok di sekolah guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang materi yang diajarkan. Hasil ini sebenarnya belum mencapai tingkat kesempurnaan dalam pembelajaran. Meskipun demikian peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan pada Siklus II dikarenakan keterbatasan waktu dan supaya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat. d. Deskripsi Peningkatan Hasil Tindakan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses pembelajaran menggunakan metode stimulus respon mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil observasi dan refleksi memperlihatkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode stimulus respon yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat memperlihatkan adanya peningkatan pada a. Nilai rerata kelas dari Siklus I sebesar 78,51 menjadi 90,12 pada Siklus II atau terjadi peningkatan nilai rerata kelas sebanyak 11,41 poin dari skala penilaian 0-100. b. Pencapaian nilai KKM sebanyak 34,15% yakni dari 68,35% pada Siklus I menjadi 100% pada Siklus II. Singkatnya terdapat KKM dari Siklus I, dan II seperti tersaji dalam Diagram 3 berikut ini. Henny. Meningkatkan Pembelajaran Eksplorasi.... DOI 2579-7700 1693-5276 65,85 100 0102030405060708090100Siklus I Siklus IIGambar 3 Pencapaian KKM E. KESIMPULAN Keberhasilan dalam meningkatkan pembelajaran eksplorasi gerak tari pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Padalarang Kab. Bandung Barat melalui metode stimulus respon sangat menyenangkan gurunya karena telah mampu memperbaiki kesulitan belajar siswanya yang selalu mengalami kesulitan dari materi Seni Budaya. Penelitian Tindakan Kelas PTK ini ternyata efektif hasilnya dimana mampu menuntaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa selama ini. Keberhasilan PTK ini dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa kelas XI IPS 1 ini bisa dilihat di setiap siklus yang ada di dalam PTK ini yaitu ada dua Siklus. Siklus I siswa mendapat 65,85 % meningkat menjadi 100 % di Siklus II. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P., & Widiyanti, N. 2000. Psikologi dalam perusahaan PT. Rineka Cipta Jakarta. Cote, P. 2006. The power of dance in society and education Lessons learned from tradition and innovation. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 775, 24-46. Destrinelli. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 171, 42-58. Dimyati, M. 2006. Learning and Learning. Jakarta, Rineka Cipta. Guru, T. A. 2007. Seni Budaya SMP Kelas VII. Demak Erlangga. Hamdu, G., & Agustina, L. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan, 121, 90-96. Hartono. 2012. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang Unnes Press Hendrilianti, Y. 2015. Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi Nurani Kota Sukabumi. Jurnal Penelitian Pendidikan, 152. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 2 2019 166 DOI 2579-7700 1693-5276 Kusumastuti, E. 2014, Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari Terpadu Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal mimbar sekolah dasar. 11, 7-15. Sudiasa, I. B. K. 2017. Internasionalisasi Pelatihan Tari dan Musik Tradisi Melalui Metode Eksploratif Kinsetetik Di LFJ. Louis Charles Damais Jakarta Selatan. Pengabdian Pada Masyarakat. Sarwahita, 1401, 61-74. Syakhruni, S. 2018, July. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS SENI BUDAYA BAGI SISWA SMA DI MAKASSAR. In Prosiding Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, pp. 371-382. Badan Penerbit UNM. Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta Depdiknas. Yustisia, P., & Yustisia, T. P. 2007. Panduan penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMA. Tim Pustaka Yustisia, Pustaka Yustisia. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Eny Eny KusumastutiThe learning model is a fusion of dance integrated approach to free expression, discipline and multicultural. The problem is how to form and execution of an integrated model of learning the art of dance in elementary school students. The purpose of this study was to determine and implement an integrated model of learning in elementary school students. This study uses the approach of Research and Development R & D, engineering data collection through observation, interviews, and documentation, as well as the validity of the data using triangulation of data analysis process includes three grooves activities as a system, namely data reduction, data presentation, and conclusion. The results showed that the integrated model of learning dance implemented through three stages 1 disciplinary approaches, 2 using a multicultural approach that includes process flow that is penengenalan appreciation, understanding, appreciation and evaluation, 3 approach in which free expression using creation method which ideas and concepts, plugging into a new motion products. Advice, elementary school teachers should use the integrated arts learning model that students have the experience to appreciate and be creative. Keywords integrated learning model, free expression, discipline, CôtéTraditionally, concepts such as art appreciation, student-centered learning, and holistic wellness have often been at odds with educational priorities on selected school subjects and teacher-centered learning. Education reform around the world has triggered shifts from traditional to innovative practices in education. This article addresses the link between society and dance education, and how each may act as an agent of change on the other. Keeping in mind that there may be positive and negative aspects in both tradition and innovation, key concepts in dance education teacher-training programs are examined. Finally, recommendations to honor students' artistic achievements and maximize dance appreciation for life are dalam perusahaan PTP AnoragaN WidiyantiAnoraga, P., & Widiyanti, N. 2000. Psikologi dalam perusahaan PT. Rineka Cipta Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas JambiDestrinelliDestrinelli. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar Analisis terhadap Kemampuan Praktek Menari Mahasiswa Pgsd Fkip Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 171, DimyatiDimyati, M. 2006. Learning and Learning. Jakarta, Rineka motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasarG HamduL AgustinaHamdu, G., & Agustina, L. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan, 121, Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa TunaHartono. 2012. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang Unnes Press Hendrilianti, Y. 2015. Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi Nurani Kota Sukabumi. Jurnal Penelitian Pendidikan, 152.Internasionalisasi Pelatihan Tari danI B K SudiasaSudiasa, I. B. K. 2017. Internasionalisasi Pelatihan Tari dan Musik Tradisi Melalui Metode Eksploratif Kinsetetik Di LFJ. Louis Charles Damais Jakarta Selatan. Pengabdian Pada Masyarakat. Sarwahita, 1401, Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasionalDepdiknasDepdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMAP YustisiaT P YustisiaYustisia, P., & Yustisia, T. P. 2007. Panduan penyusunan KTSP lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD SMP dan SMA. Tim Pustaka Yustisia, Pustaka Yustisia.
hasil apresiasi tari dapat menghasilkan